Minggu, 24 Juni 2012

Laporan Praktikum Permeabilitas Uap Air Dari Film/Plastik


Laporan Praktikum
TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN


Permeabilitas Uap Air Dari Film/Plastik
Dosen : Hisworo Ramdani

                 

Disusun Oleh :
Rachmawati (B.0910124)









JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
FAKULTAS AGRIBISNIS DAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2012



I.      PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Pengemasan merupakan salah satu cara dalam  memberikan kondisi yang tepat bagi bahan pangan untuk  menunda proses kimia dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al., 1987). Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan. Kerusakan ini antara lain absorbsi uap air dan gas, interaksi dengan oksigen dan kehilangan serta penambahan citarasa yang tidak diinginkan.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2 dan CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan, plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Permeabilitas suatu film kemasan adalah kemampuan melewatkan partikel gas dan uap air pada suatu unit luasan bahan pada suatu kondisi tertentu. Nilai permeabilitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat kimia polimer, struktur dasar polimer, sifat komponen permeant. Polimer dengan polaritas tinggi (polisakarida dan protein) umumnya menghasilkan nilai permeabilitas uap air yang tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen rendah (Yusuf, 2012). Hal ini disebabkan polimer mempunyai ikatan hidrogen yang besar. Sebaliknya, polimer kimia yang bersifat non polar (lipida) yang banyak mengandung gugus hidroksil mempunyai nilai permeabilitas uap air rendah dan permeabilitas oksigen yang tinggi, sehingga menjadi penahan air yang baik tetapi tidak efektif menahan gas. 
Permeabilitas uap air merupakan suatu ukuan kerentanan suatu bahan untuk terjadinya proses penetrasi air.  Permeabilitas uap air dari suatu film kemasan didefinisikan sebagai laju kecepatan atau transmisi uap air melalui suatu unit luasan bahan yang permukaannya rata dengan ketebalan tertentu, sebagai akibat dari suatu perbedaan unit tekanan uap antara dua permukaan pada kondisi suhu dan kelembaban tertentu. Sedangkan permeabilitas film kemasan terhadap gas-gas, penting diketahui terutama gas oksigen karena berhubungan dengan sifat  bahan  dikemas yang masih melakukan respirasi.
                                                                                       
1.2.      Tujuan
1.      Pengenalan pengujian kecepatan transmisi uap air melalui plastik pengemas.
2.  Mampu menentukan kecepatan transmisi uap air dari beberapa contoh bahan pengemas pada temperatur dan kelembaban tertetntu.
3.      Mampu menentukan permeabilitas baha pengemas.



II.               TINJAUAN PUSTAKA

Integritas suatu produk hortikultura ketika dikemas ditentukan oleh kemampuan bahan dan system kemasannya dalam menahan kerusakan selama proses penanganan, distribusi dan proses lain yang terlibat hingga produk sampai ke tangan konsumen. Menurut Winarno (1987). Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi pemeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta luas permukaan kemasan mempengaruhi produk yang disimpan. Jumlah gas yang baik dan luas permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama. Permeabilitas beberapa film plastik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 1. Permeabilitas dan transmisi beberapa jenis film
Sumber : Joseph (1984) dalam Suhelmi (2007) 

2.1.      Jenis Plastik
2.1.1.      HDPE
HDPE merupakan salah satu jenis dari PE namun melalui proses yang berbeda sehingga menghasilkan berat jenis yang lebih tinggi.. HDPE dapat digunakan untuk suhu tinggi sampai 1200 C, kurang trasparan, dapat dibuat kantung plastik dan BJ-nya 0,041 – 0,965 g/cm3. Selain itu, HDPE sering digunakan untuk kemas kaku juga bermacam-macam tutup wadah (Amalia, 2011).
 Suhelmi (2007) mengatakan HDPE memberikan perlindungan yang baik terhadap air dan meningkatkan stabilitas terhadap panas. Daya tembus HDPE terhadap O2 sebesar 10,5 {(cm3/cm2/mm/dt/cmHg) × 1010} dan H2O sebesar 30,5 {(cm3/cm2/mm/dt/cmHg) × 1010} (Buckle  et al.,1987 dalam Suhelmi, 2007). Plastik jenis ini memiliki lebih banyak rantai antar molekulnya, sehingga mempunyai densitas  yang lebih tinggi sehingga lebih kaku. Kemasan ini mempunyai daya tembus  terhadap oksigen yang rendah dan tahan terhadap asam.
HDPE terbuat dari kromium/silica dan memiliki ikatan antar molekul yang lebih kuat sehingga sangat cocok untuk mengemas produk yang mudah terkena gesekan dan tekanan. HDPE digunakan untuk mengemas susu kotak karena dapat dibentuk menjadi botol kaku, aneka produk olahan, sayuran, buah-buahan, mentega dan margarine.

2.1.2.      PP (Polipropilen)
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Dalam Anonim (2012) dikatakan bahwa monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen. Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
  • Ringan, mudah dibentuk, transpasan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam bentuk kemasan kaku maka PP tidak transparan.
  • Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE.
  • Pada suhu rendah akan rapuh.
  • Dalam bentuk murni pada suhu -30°C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.
  • Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
  • Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan distribusi.
  • Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.
  • Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen.
  • Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150°C, sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi.
  • Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak.
  • Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam nitrat kuat.
2.1.3.      LDPE
Plastik LDPE (Low Density Polyethylene) memiliki sifat mekanis yang kuat,fleksibel, sedikit tembus cahaya, serta memiliki permukaan yang agak berlemak. Akan resisten terhadap senyawa kimia apabila berada pada suhu di bawah 60 OCelcius. LDPE dicirikan dengan densitas 0.910–0.940 g/cm3 (Tiara, 2012). LDPE memiliki derajat tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak akan berubah menjadi struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE memiliki kekuatan antar molekul yang rendah. Ini mengakibatkan LDPE memiliki kekuatan tensil yang rendah (Tasikah, 2011).


III.           METODOLOGI

3.1.      Bahan dan Alat
3.1.1.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah berbagai jenis plastik seperti plastik HDPE, PP dan LDPE, dan silica gel.
3.1.2.      Alat
Alat yang digunakan adalah desikator, alat pengukur kelembaban, siller dan timbangan.
3.2.      Prosedur 


Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Permeabilitas Uap Air/Film



IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut :

               Tabel 2. Permeabilitas Kemasan Plastik Selama 1 minggu
Hari ke-
Perubahan berat (g)
RH
Kontrol
Sample
HDPE
PP
LDPE
HDPE
PP
LDPE
1
1.1
3.6
0.9
31.1
33.6
31.1
66
2
1.2
3.6
1.1
31.1
33.6
31.1
50
3
1.1
3.5
1.0
31.1
33.6
31.1
49
4
1.1
3.5
1.0
31.1
33.6
31.1
51
5
1.1
3.5
1.1
31.1
33.7
31.0
55
6
1.1
3.5
1.1
31.1
33.6
31.1
57

A.    Perhitungan kecepatan transmisi
Perhitungan kecepatan transmisi uap air menggunakan rumus berikut :


 Ã˜  Kecepatan Transmisi Sample
           





Perubahan berat dari masing-masing bahan pengemas disajikan dalam bentuk grafik berikut :

  Ø  Kontrol
Gambar 2. Grafik Perubahan Berat Kontrol

Gambar 3. Grafik perubahan berat kontrol HDPE

Gambar 4. Grafik perubahan berat kontrol PP

Gambar 5. Grafik perubahan berat kontrol LDPE

    Ø  Sample

Gambar 6. Grafik perubahan berat sample

Gambar 7. Grafik perubahan berat sample HDPE

Gambar 8. Grafik perubahan berat sample PP

Gambar 9. Grafik perubahan berat sample LDPE

4.2.      Pembahasan
Kemasan diharapkan mampu melindungi bahan makanan dengan menjagaoksigen dan kelembaban berada di luar kemasan. Sifat permeabilitas plastik terhadap gas dan uap air mampu melindungi produk yang dikemas dengan menjaga supaya oksigen dan uap air tetap berada di luar kemasan. Akan tetapi, pada kenyataannya ternyata plastik pengemas tidak secara absolut mampu  menahan gas dan uap air tersebut karena film plastik  permeabel terhadap gas dan uap air. Sampel plastik yang digunakan dalam praktikum adalah HDPE, PP dan LDPE. 
Metode yang digunakan untuk mengukur permeabilitas uap ialah dengan metode gravimetrik (pengukuran perubahan berat). Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bisamenyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air dan memiliki aw tetap rendah disimpan dalam suatu wadah yang kemudian ditutup dengan film plastik yang akan diukur permeabilitasnya. 
Pengujian permeabilitas ini seharusnya menggunakan mangkuk WVTR, tapi dikarenakan peralatan di laboratorium yang tidak memadai, oleh karenanya pengujian dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu  silica gel sebanyak 30 gr dimasukkan ke dalam masing-masing sample plastik kemudian di siller dan ditimbang. Setelah diketahui bobot sample + silica gel, kemudian isample dimasukkan ke dalam desikator sambil dilakukan pengukuran terhadap suhu dan kelembabannya.
Setelah didapat data berat selama 5 hari kemudian dilakukan perhitungan transmisi uap air. Seharusnya semakin tebal plastik, permeabilitas akan semakin rendah Hal inilah yang akan diuji pada praktikum. Pengamatan dilakukan pada sampel dan pada kontrol sebagai pembanding karena tidak ditambahkan silica gel.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pertambahan berat sample  cenderung stabil. Sample plastik HDPE tidak mengalami perubahan berat sama sekali dari hari pertama hingga hari ke-6. Untuk sample PP, terjadi penambahan berat pada hari ke-5 yaitu ± 0,1 g. Penambahan berat dapat terjadi karena adanya uap air yang masuk atau terserap ke dalam kemasan karena Silica gel bersifat menyerap uap air dari lingkungan. dan untuk sample plastik LDPE terjadi penurunan berat pada hari ke-5 yaitu ± 0,1 g. Sedangkan pada kontrol yaitu yang tidak berisi silica gel lebih tidak stabil antara penambahan berat, terutama kontrol LDPE, terjadi perubahan berat hampir terjadi perubahan, sedangakan kontrol HDPE dan PP cenderung lebih stabil, kontrol HDPE mengalami penambahan berat pada hari ke-2 yaitu ± 0,1 g, hari selanjutnya berat stabil kembali dan kontrol PP, mengalami penurunan pada hari ke-3 yaitu ± 0,1 g, hari selanjutnya stabil.
Plastik dengan permeabilitas yang paling kecil berarti paling baik digunakan untuk mengemas produk yang peka dengan oksigen dan uap air. Namun berdasarkan data yang diperoleh saat praktikum, kecepatan transmisi dari ketiga sample adalah 0. Sedangkan kontrol transmisi uap air pada plastik PP>LDPE>HDPE. Terjadi perbedaan antara kontrol dan sampel. Perbedaan ini diduga karena fluktuatifnya RH lingkungan tempat menyimpan sampel sehingga terjadi perbedaan berat. Menurut hasil pengamatan berarti HDPE paling baik untuk mengemas karena permeabilitas rendah.Oleh sebab itu banyak kemasan menggunakan HDPE sebagai bahan pengemas.



V.   KESIMPULAN

1.   Semakin kecil permeabilitas suatu kemasan, maka semakin bagus pula kemasan tersebut digunakan terutama untuk mengemas produk yang peka dengan oksigen dan uap air.
2.      Plastik HDPE bagus untuk digunakn mengemas karena memiliki permeabilitas paling kecil.
3.      Perbedaan tempat penyimpanan berpengaruh terhadap berat kemasan. 



Daftar Pustaka

Amalia, Dise. 2011. Kemasan Plastik. http://ceritadise.wordpress.com. Diakses 27 April 2012.

Buckle KA, RA Edward , GH Fleet, M Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Suhelmi. 2007. Pengaruh Kemasan Polypropylene Rigid Kedap Udara Terhadap Perubahan Mutu Sayuran Segar Terolah Minimal Selama Penyimpanan. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.ipb.ac.id.

Joseph FH. 1984. Package Engineering. Ed-ke 2 dalam Suhelmi. 2007. Pengaruh Kemasan Polypropylene Rigid Kedap Udara Terhadap Perubahan Mutu Sayuran Segar Terolah Minimal Selama Penyimpanan. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.ipb.ac.id.

Suhelmi. 2007. Pengaruh Kemasan Polypropylene Rigid Kedap Udara Terhadap Perubahan Mutu Sayuran Segar Terolah Minimal Selama Penyimpanan. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.ipb.ac.id.

Tiara, Dyan. 2012. Material Packaging Tepung Wortel. http://blog.ub.ac.id. Diakses 27 April 2012.

Tuasikah, Muhammad Abduh. 2011. Mengenal Plastik Polietilena. http://polimerabduh.wordpress.com. Diakses 27 April 2012.


Winarno, F.G. 1987. Kimia Pangan. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Yusuf, Ika Amna. 2012. Mengukur Permeabilitas Uap Air Dari Plastik. http://amna-ika.blogspot.com. Diakses 26 April 2012.